di situs Aladin138 Hidup tuh penuh dengan pilihan dan kadang kita harus memutuskan kapan harus terus jalan dan kapan waktunya berhenti. Tapi, kadang, kita terlalu asyik ngejalanin sesuatu sampai lupa kalau berhenti itu juga bagian dari proses. Mau itu soal hubungan, pekerjaan, atau bahkan hobi, ada saatnya kita harus ngehentiin segala sesuatu yang udah nggak memberi kita kebahagiaan atau perkembangan. Gak gampang emang, tapi penting banget buat paham kapan waktunya kita stop.
Misalnya nih, dalam sebuah hubungan. Gak semua hubungan bisa terus bertahan selamanya. Ada banyak faktor yang bikin hubungan itu jadi nggak sehat lagi, dan biasanya kita bakal ngerasain tanda-tanda tertentu. Mungkin awalnya kita merasa semuanya baik-baik aja, tapi tiba-tiba ada yang berubah, dan kita mulai merasa ada yang aneh. Bisa jadi itu tandanya udah waktunya untuk berhenti.
Sama halnya dalam dunia kerja. Kadang kita merasa nyaman di pekerjaan kita, tapi seiring berjalannya waktu, kita mulai ngerasa kalau kerjaan itu nggak lagi sesuai dengan passion kita. Rasa lelah dan stress mulai jadi teman sehari-hari, dan kita jadi mikir, “Apa gue masih bisa bertahan di sini?” Kalau terus dipaksain, bukannya berkembang malah stuck. Kadang, keputusan buat berhenti itu bisa jadi langkah yang paling tepat buat diri kita.
Salah satu tanda yang paling jelas kalau kita udah waktunya berhenti adalah ketika kita mulai ngerasa kehilangan semangat. Kalau dulu kita semangat banget ngelakuin sesuatu, sekarang malah jadi kayak beban, itu artinya ada yang salah. Misalnya dalam pekerjaan, ketika kita bangun pagi dan rasanya gak mau pergi kerja, atau dalam hubungan, ketika kita udah nggak excited lagi buat ngobrol sama pasangan, itu tandanya harus berhenti sejenak dan mikir ulang. Apakah ini masih jalan yang bener buat kita?
Selain itu, kalau kita merasa kayak udah nggak ada perkembangan, itu juga bisa jadi sinyal untuk berhenti. Kita semua pasti pengen berkembang, baik itu dalam karier, hubungan, atau diri kita sendiri. Kalau kita merasa stuck, nggak ada kemajuan, dan segala sesuatu terasa monoton, itu waktunya kita merenung. Jangan-jangan kita cuma bertahan karena kebiasaan, bukan karena emang masih ada tujuan yang jelas.
Ada juga tanda lainnya yang nggak kalah penting: perasaan capek banget. Maksudnya bukan capek fisik, tapi capek mental dan emosional. Terkadang, kita terlalu keras berusaha mempertahankan sesuatu yang udah nggak sehat lagi buat kita. Kita capek mikirin hal yang nggak ada habisnya, terus-terusan berusaha tanpa hasil yang jelas. Itu bisa bikin kita jadi overthinking dan nguras energi kita tanpa sadar. Kalau udah kayak gitu, mungkin saatnya kita berhenti dan ngevaluasi apa yang sebenernya kita butuhkan.
Selain itu, jangan lupakan juga soal kebahagiaan diri sendiri. Kadang kita nahan diri buat berhenti karena takut kecewa orang lain. Tapi, ingat, kebahagiaan kita itu yang paling penting. Kalau kita terus berada di tempat yang bikin kita nggak bahagia, kita malah bakal bawa energi negatif terus-terusan. Ini bukan soal egois, tapi soal merawat diri sendiri supaya kita bisa tetap positif dan siap menghadapi tantangan hidup lainnya.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah perasaan nggak dihargai atau nggak didukung. Dalam hubungan atau pekerjaan, kita butuh rasa dihargai, kan? Kalau kita udah merasa kayak nggak dihargai atau dicuekin, itu bikin kita jadi nggak motivasi lagi buat lanjut. Mungkin kita udah berusaha maksimal, tapi kalau orang lain gak ngeliat itu, lama-lama kita bisa ngerasa kecil dan nggak dihargai. Kalau udah kayak gini, perlu dipertanyakan apakah kita masih layak ada di situ.
Lalu, kadang kita juga harus bisa bedain antara ketakutan dan insting kita. Terkadang kita takut buat berhenti karena takut gagal atau takut apa kata orang. Tapi, sebenarnya, ketakutan itu bisa bikin kita terus stuck di tempat yang gak sesuai sama kita. Di sisi lain, insting kita biasanya udah bisa ngerasa kapan harus stop. Kita harus bisa dengerin suara hati, jangan terlalu mendengarkan tekanan dari luar.
Tentu aja, keputusan buat berhenti gak bisa diambil sembarangan. Kita harus pikirin matang-matang apa yang akan terjadi setelah kita berhenti, apakah itu jalan yang lebih baik atau cuma sebuah pelarian. Yang pasti, sebelum mutusin buat berhenti, coba refleksi dulu: apakah kita udah berusaha semaksimal mungkin? Apa yang udah kita pelajari dari situasi ini? Kalau udah semuanya dipikirin dengan kepala dingin dan hati terbuka, baru deh ambil keputusan yang terbaik buat diri kita.
Dalam perjalanan hidup, ada kalanya kita butuh berhenti, tapi itu bukan berarti kita menyerah. Terkadang, berhenti itu adalah bentuk keberanian yang lebih besar daripada terus bertahan dalam situasi yang nggak sehat. Kita nggak perlu terus-terusan merasa salah karena memutuskan untuk stop. Yang penting, kita tahu apa yang kita butuhkan, kita tahu kapan waktunya buat melepaskan, dan kita bisa terus maju ke depan dengan lebih baik.
https://westernmountains.org
Jadi, kapan harus stop? Itu bukan cuma soal waktu, tapi soal kapan kita merasa udah nggak ada lagi yang bisa dikasih atau diterima dari situasi tersebut. Kalau udah ngerasa gak ada kemajuan, gak bahagia, dan capek banget, itu waktunya buat berhenti dan mencari sesuatu yang lebih baik buat kita. Jangan takut buat berhenti, karena setiap kali kita berhenti untuk beristirahat, kita jadi punya kesempatan untuk melangkah lebih jauh.